Pasang Surut
Menurut Pariwono (1989), fenomena pasang surut
diartikan sebagai naik turunnya muka laut secara berkala akibat adanya gaya
tarik menarik benda-benda angkasa terutama matahari dan bulan terhadap massa
air di bumi.
Faktor-faktor
yang menyebabkan terjadinya pasang surut berdasarkan teori kesetimbangan adalah
rotasi bumi pada sumbunya, revolusi bulan terhadap matahari, revolusi bumi
terhadap matahari. Sedangkan berdasarkan teori dinamis adalah kedalaman dan
luas perairan, pengaruh rotasi bumi (gaya coriolis), dan gesekan dasar. Selain
itu juga terdapat beberapa faktor lokal yang dapat mempengaruhi pasut disuatu
perairan seperti, topogafi dasar laut, lebar selat, bentuk teluk, dan
sebagainya, sehingga berbagai lokasi memiliki ciri pasang surut yang berlainan
(Wyrtki, 1961).
Bulan dan matahari keduanya memberikan gaya
gravitasi tarikan terhadap bumi yang besarnya tergantung kepada besarnya masa
benda yang saling tarik menarik tersebut. Bulan memberikan gaya tarik
(gravitasi) yang lebih besar dibanding matahari. Hal ini disebabkan karena
walaupun masa bulan lebih kecil dari matahari, tetapi posisinya lebih dekat ke
bumi.Gaya-gaya ini mengakibatkan air laut, yang menyusun 71% permukaan bumi,
menggelembung pada sumbu yang menghadap ke bulan.Pasang surut terbentuk karena
rotasi bumi yang berada di bawah muka air yang menggelembung ini, yang
mengakibatkan kenaikan dan penurunan permukaan laut di wilayah pesisir secara
periodik. Gaya tarik gravitasi matahari juga memiliki efek yang sama namun
dengan derajat yang lebih kecil. Daerah-daerah pesisir mengalami dua kali
pasang dan dua kali surut selama periode sedikit di atas 24 jam (Priyana,1994).
Ketinggian muka
laut yang terjadi di suatu titik akan selalu mengalami kondisi saat tinggi
(pasang tinggi) dan saat surut (pasang rendah) sehingga secara keseluruhan
perubahan ketinggian muka laut membentuk gelombang sinus. Pasut laut digambarkan sebagai sebuah gelombang karena memiliki titik
posisi tertinggi, posisi terendah, dan periode pasut. Oleh karena ketinggian
muka laut yang selalu berubah satiap saat, maka diperlukan suatu elevasi yang
ditetapkan berdasar data pasang surut, yang dapat digunakan sebagai pedoman
dalam perencanaan pelabuhan. Beberapa elevasi tersebut adalah sebagai berikut :
1. Muka air tinggi (high water level),
muka air tertinggi yang dicapai pada saat air pasang dalam satu siklus pasang
surut.
2. Muka air rendah (low water level),
kedudukan air terendah yang dicapai pada saat air surut dalam satu siklus
pasang surut.
3. Muka air tinggi rerata (mean high
water level, MHWL), adalah rerata dari muka air tinggi selama periode 19
tahun.
4. Muka air rendah rerata (mean low
water level, MLWL), adalah rerata dari muka air rendah selama periode 19
tahun.
5. Muka air laut rerata (mean sea level,
MSL), adalah muka air rerata antara muka air tinggi rerata dan muka air rendah
rerata. Elevasi ini digunakan sebagai referansi untuk elevasi di daratan.
6. Muka air tinggi tertinggi (highest
high water level, HHWL), adalah air tertinggi pada saat pasang surut
purnama atau bulan mati.
7. Muka air rendah
terendah (lowest low water level, LLWL), adalah air terendah pada saat
pasang surut purnama atau bulan mati.
8. Higher high water
level, adalah air tertinggi dari dua air tinggi dalam satu hari, seperti
dalam pasang surut tipe campuran.
9. Lower low water
level, adalah air terendah dari dua air rendah dalam satu hari.
Tipe pasang
surut air laut.
Pasang purnama (spring tide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari berada dalam suatu garis lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang tinggi yang sangat tinggi dan pasang rendah yang sangat rendah. Pasang surut purnama ini terjadi pada saat bulan baru dan bulan purnama
Pasang purnama (spring tide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari berada dalam suatu garis lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang tinggi yang sangat tinggi dan pasang rendah yang sangat rendah. Pasang surut purnama ini terjadi pada saat bulan baru dan bulan purnama
Pasang perbani
(neap tide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari membentuk sudut tegak
lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang tinggi yang rendah dan pasang
rendah yang tinggi. Pasang surut perbani ini terjadi pasa saat bulan 1/4 dan
3/4.
Ada 3 (tiga) pasut yang perlu diketahui, yakni:
1. Pasang surut diurnal. Yaitu bila dalam sehari terjadi satu kali pasang dan satu kali surut.Biasanya terjadi di laut sekitar katulistiwa.
Ada 3 (tiga) pasut yang perlu diketahui, yakni:
1. Pasang surut diurnal. Yaitu bila dalam sehari terjadi satu kali pasang dan satu kali surut.Biasanya terjadi di laut sekitar katulistiwa.
2. Pasang surut semi diurnal. Yaitu bila dalam sehari terjadi dua kali pasang dan dua kali surut yang hampir sama tingginya.
3.
Pasang surut campuran. Yaitu gabungan dari tipe 1 dan tipe 2, bila bulan
melintasi khatulistiwa (deklinasi kecil), pasutnya bertipe semi diurnal, dan
jika deklinasi bulan mendekati maksimum, terbentuk pasut diurnal.
Menurut Wyrtki (1961), pasang surut di Indonesia dibagi menjadi 4 yaitu :
Menurut Wyrtki (1961), pasang surut di Indonesia dibagi menjadi 4 yaitu :
1. Pasang surut harian tunggal (Diurnal Tide)
Merupakan pasut yang hanya terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dalam satu hari, ini terdapat di Selat Karimata
2. Pasang surut harian ganda (Semi Diurnal Tide)
Merupakan pasut yang terjadi dua kali pasang dan dua kali surut yang tingginya hampir sama dalam satu hari, ini terdapat di Selat Malaka hingga Laut Andaman.
3. Pasang
surut campuran condong harian tunggal (Mixed Tide, Prevailing Diurnal).
Merupakan pasut yang tiap harinya terjadi satu kali pasang dan satu kali surut
tetapi terkadang dengan dua kali pasang dan dua kali surut yang sangat berbeda
dalam tinggi dan waktu, ini terdapat di Pantai Selatan Kalimantan dan Pantai
Utara Jawa Barat.
4. Pasang
surut campuran condong harian ganda (Mixed Tide, Prevailing Semi Diurnal).
Merupakan pasut yang terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari
tetapi terkadang terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dengan memiliki
tinggi dan waktu yang berbeda, ini terdapat di Pantai Selatan Jawa dan
Indonesia Bagian Timur.Tipe pasut ditentukan oleh frekuensi air pasang dengan
surut setiap harinya. Hal ini disebabkan karena perbedaan respon setiap lokasi
terhadap gaya pembangkit pasang surut. Jika suatu perairan mengalami satu kali
pasang dan satu kali surut dalam satu hari, maka kawasan tersebut dikatakan
bertipe pasut harian tunggal (diurnal tides), namun jika terjadi dua kali
pasang dan dua kali surut dalam sehari, maka tipe pasutnya disebut tipe harian
ganda (semidiurnal tides). Tipe pasut lainnya merupakan peralihan antara tipe
tunggal dan ganda disebut dengan tipe campuran (mixed tides) dan tipe pasut ini
digolongkan menjadi dua bagian yaitu tipe campuran dominasi ganda dan tipe
campuran dominasi tunggal.
Comments
Post a Comment